Rabu, Juni 25, 2008

Fasilitas Versus Pengabdian

Ibarat menonton sebuah film, kadangkala lakon kehidupan dimainkan begitu dramatis. Seperti halnya seorang guru yang mengabdikan dirinya untuk mengisi tangki ilmu anak-anak di pedalaman. Atau seorang dokter yang mengorbankan dirinya tenggelam dalam sunyi senyap desa terpencil demi melihat senyum warga yang merasa telah sembuh. Juga seorang yang religius dengan ambisi ketawadu’annya yang menceburkan diri dalam alam. Semuanya... seringkali tampak begitu sempurna di mataku. Semuanya... seringkali tampak begitu indah dalam pandanganku.

Aku pernah berpikir ingin menjadi seperti mereka, yang ‘mengabdikan’ diri dan hidupnya demi orang lain, demi komunitas sosial, demi sesama, dan dengan ikhlas. Kenapa ikhlas, karena mereka benar-benar mengabdi; mungkin tanpa bayaran, atau dengan imbalan seadanya sekedar untuk memnuhi kebutuhan jasadiyah. Jauh dari segalanya, jauh dari keluarga, jauh dari keramaian... dan jauh dari fasilitas.

Aku juga pernah berpikir bahwa dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di daerah yang jauh dari keluarga adalah suatu bentuk pengabdian. Tapi pikiranku langsung dipatahkan oleh kata-kata seorang teman, “Apanya yang mengabdi??! Wong kamu dibayar kok, digaji. Kalau kamu gak digaji... itu baru namanya mengabdi...” Yah, meski dengan nada bercanda dia berujar seperti itu, tapi tetap membuatku berpikir kembali... “Iya juga yah, hehehe”.

Bagaimana rasanya jauh dari fasilitas? Bagaimana rasanya bila terbiasa make listrik seenaknya, eh tiba-tiba harus tinggal di daerah yang listriknya sering mati (bukan daerahku seh..)? Bagaimana rasanya jika terbiasa dengan kemudahan akses internet tiba-tiba harus berada di daerah yang tidak bisa akses internet? Bagaimana rasanya jika terbiasa masak nasi langsung nyolokin magic com tapi tiba-tiba harus kembali pake periuk? Bagaimana rasanya? Mungkin tidak perlu dijawab. Yang jelas kesimpulannya adalah: ternyata susah ya kalau harus jauh dari fasilitas...

Maka dari itu, aku benar-benar salut dengan mereka yang benar-benar ‘mengabdi’. Aku salut dengan jiwa dan semangat mereka. Aku salut dengan stok kesabaran mereka. Karena dengan jujur kuakui, ternyata sangat tidak enak berada jauh dari fasilitas...

(terinspirasi dari seorang teman)

Tidak ada komentar: